Senin, 07 Juni 2010
Merancang Kinerja Ekselen dengan NLP
Oleh : Yodhia Antariksa
NLP barangkali merupakan salah satu kata kunci yang paling banyak dibincangkan oleh para praktisi perilaku manusia (human behavior) di tanah air beberapa tahun belakangan ini. Apa sebenarnya NLP itu? Dan apa pula metode-metode kunci yang acap diaplikasikan dalam penerapan NLP? Tulisan pendek ini mencoba secara ringkas – namun padat – menjelaskan pengetahuan kunci mengenai NLP. Dengan itu, diharapkan aura magis yang selama ini menyelimuti konsep NLP pelan-pelan bisa mulai terkuak.
NLP sendiri merupakan singkatan dari neuro linguistic programming (wuih, singkatannya serem banget!). Dikembangkan pertama kali oleh Richard Bandler (pakar psikologi dari University of California) dan John Grinder (pakar linguistik), metode ini muncul pertama kali saat mereka meneliti para great performers (kebetulan dalam penelitian ini, profesi para great performers yang diriset adalah para ahli terapis yang sukses. Dalam riset ini, digunakan tiga terapis sukses sebagai responden, yakni : Virginia Satir, Milton Erickson dan Fritz Perls).
Pertanyaan kunci Bandler dan Grinder dalam riset tersebut adalah : mengapa tiga terapis ini menjelma menjadi terapis hebat nan ekselen? Apa pola komunikasi, konfigurasi bahasa, dan model perilaku yang dipraktekkan ketiga terapis itu sehingga mereka menjadi sukses dalam menangani para kliennya?
Nah, serangkaian temuan yang di-ekstrak dari riset panjang itu lalu mereka olah dan racik menjadi metode NLP. Esensi dasar dari metode ini sebenarnya adalah optimalisasi pendayagunaan belief (neuro), pola komunikasi (linguistic) dan model perilaku agar kita bisa menuju kinerja yang ekselen. Nah, disini NLP kemudian juga menyodorkan serangkaian metode yang bisa dilakukan agar pola belief dan pola perilaku kita menjadi lebih efektif; dan pada gilirannya mampu menjadikan diri kita lebih optimal kinerjanya.
Lalu apa saja metode yang ditawarkan oleh NLP itu? Berikut ini saya akan mencoba mengeksplorasi tiga metode yang acap digunakan dalam aplikasi NLP (jika Anda ingin mengetahui lebih banyak mengenai NLP, silakan datang ke blog rekan saya, Ronny FR, yang juga merupakan praktisi andal NLP).
Modelling Excellence
Metode ini secara sederhana adalah teknik menduplikasi dan mencangkokkan “keistimewaan” para great performers ke dalam diri kita. Bahasa awamnya adalah : meneladani kisah keberhasilan orang lain. Para pegiat NLP percaya bahwa salah satu cara yang paling powerful untuk meningkatkan kinerja seseorang adalah dengan cara modelling excellence ini. Inilah metode yang diberangkatkan dari satu keyakinan bahwa ketrampilan (skills), pengetahuan dan perilaku dari para excellent performers bisa ditransfer dan direplikasi (penjelasan rinci mengenai langkah demi langkah melakukan modelling excellence ini akan saya bahas dalam tulisan di kesempatan berikutnya. So, keep visiting this blog, bro).
Metode Anchoring
Metode ini adalah sebuah upaya agar kita selalu berada pada kondisi psikologis yang kita inginkan dalam beragam situasi yang mungkin kita hadapi. Caranya pertama-tama Anda mesti membangun situasi psikologis yang ingin Anda simpan, misalnya suasana hati yang kalem dan relax. Lalu ingat dalam situasi apa Anda pernah benar-benar bisa mengalami suasana tenang dan relax; misal ketika Anda bangun di waktu subuh yang sunyi, atau ketika Anda duduk sendirian di pinggir pantai di suatu sore yang teduh.
Rasakan dan resapkan setiap detil dari momen-momen itu, sehingga secara emosional Anda benar-benar merasa tenang dan relax setiap kali mengingat situasi ketika Anda berada di pinggir pantai yang teduh itu. Simpan memori ini kuat-kuat kedalam otak Anda, dan secara berkala “aktifkan” memori itu dengan misalnya, sebuah kode bisikan dalam hati. Sehingga, setiap kali Anda berbisik dalam hati : “relax….”, maka seketika itu pula Anda benar-benar merasa tenang dan relax persis seperti suasana psikologis ketika Anda duduk sendirian di pinggir pantai. Lakukan proses pengaktifan ini secara berulang-ulang, sehingga proses “anchoring” itu berlangsung dengan sempurna dan otomatis.
Apa gunanya proses anchoring itu? Nah, bayangkan suatu ketika Anda harus berbicara di depan publik serta para bos Anda, dan Anda benar-benar merasa nervous. Kalau proses anchoring Anda telah terlatih, maka Anda tinggal membisikkan satu kata di hati : relax……dan abrakadabra, detik itu juga Anda akan berada pada situasi psikologis yang nyaman dan relax (persis seperti saat Anda mengalaminya pada sore yang teduh di pinggir pantai itu). Selanjutnya……..Anda bisa berbicara di depan para petinggi Anda itu dengan nyaman, tenang dan relax.
Proses anchoring ini tentu juga bisa diterapkan dalam situasi lain, semisal : ketika Anda sedang stres dan panik karena deadline pekerjaan, atau juga ketika Anda sedang emosi dengan pasangan hidup Anda. Setiap kali Anda menghadapi situasi rumit seperti ini, maka Anda tinggal bisikkan kata dalam hati : relax, dan seketika itu juga suasana batin Anda bisa lebih tenang dan “nyaman”, sehingga tindakan Anda dalam merespon situasi problematis itu menjadi lebih efektif.
The Map is Not the Territory
Kalimat ini merupakan kalimat favorit para NLP-ers. Intinya : sebuah even (fakta, kejadian, peristiwa) selalu bersifat netral, yang lebih penting adalah persepsi kita terhadap even itu. Anda mungkin pernah mendengar cerita berikut ini : suatu ketika ada dua salesman sepatu dikirim ke sebuah negara seberang. Dua hari setelah melakukan observasi, salesman pertama langsung minta dikirim pulang ke negaranya. Alasannya : tidak ada satupun penduduk di negeri seberang itu yang memakai sepatu. Salesman yang kedua, setelah juga melakukan observasi, langsung mengirimkan fax ke kantor pusatnya, minta dikirimi segera sepatu sebanyak-banyaknya. Alasan dia sama : tidak ada satu pun penduduk di negeri seberang itu yang memakai sepatu. You got the point, right?
Esensinya adalah ini : persepsi kita atas sebuah peristiwa – dan bukan fakta peristiwa itu sendiri – yang akan mempengaruhi pola perilaku dan kinerja kita dalam memaknai perjalanan kehidupan ini. Dalam konteks ini, para pelaku NLP memberi saran, agar kita selalu melihat “sisi positif” dan “peluang” yang ada dibalik setiap kejadian/fakta/peristiwa. Kita mesti bisa melakukan “reframing” terhadap setiap jejak peristiwa dalam sejarah hidup kita : apa hikmah positif yang bisa kita petik dari kejadian ini; apa perspektif lain yang bisa kita kedepankan agar bisa tercapai solusi hidup yang makin optimal.
Dengan kata lain, persepsi kita akan sebuah kejadian bukanlah sebuah kebenaran tunggal – ada persepsi dan sudut pandang lain yang boleh jadi lebih mendekatkan kita pada solusi yang lebih optimal. Tugas kita adalah selalu mencoba mengeksplorasi
beragam persepsi dan sudut pandang itu, agar keputusan dan tindakan yang kita ambil benar-benar efektif dan berdaya guna tinggi. Sebab dengan itu, nasib kita mungkin akan lebih baik dibanding salesman sepatu yang pertama itu……
Sumber :
http://strategimanajemen.net/2008/04/21/merancang-kinerja-ekselen-dengan-nlp/
NLP barangkali merupakan salah satu kata kunci yang paling banyak dibincangkan oleh para praktisi perilaku manusia (human behavior) di tanah air beberapa tahun belakangan ini. Apa sebenarnya NLP itu? Dan apa pula metode-metode kunci yang acap diaplikasikan dalam penerapan NLP? Tulisan pendek ini mencoba secara ringkas – namun padat – menjelaskan pengetahuan kunci mengenai NLP. Dengan itu, diharapkan aura magis yang selama ini menyelimuti konsep NLP pelan-pelan bisa mulai terkuak.
NLP sendiri merupakan singkatan dari neuro linguistic programming (wuih, singkatannya serem banget!). Dikembangkan pertama kali oleh Richard Bandler (pakar psikologi dari University of California) dan John Grinder (pakar linguistik), metode ini muncul pertama kali saat mereka meneliti para great performers (kebetulan dalam penelitian ini, profesi para great performers yang diriset adalah para ahli terapis yang sukses. Dalam riset ini, digunakan tiga terapis sukses sebagai responden, yakni : Virginia Satir, Milton Erickson dan Fritz Perls).
Pertanyaan kunci Bandler dan Grinder dalam riset tersebut adalah : mengapa tiga terapis ini menjelma menjadi terapis hebat nan ekselen? Apa pola komunikasi, konfigurasi bahasa, dan model perilaku yang dipraktekkan ketiga terapis itu sehingga mereka menjadi sukses dalam menangani para kliennya?
Nah, serangkaian temuan yang di-ekstrak dari riset panjang itu lalu mereka olah dan racik menjadi metode NLP. Esensi dasar dari metode ini sebenarnya adalah optimalisasi pendayagunaan belief (neuro), pola komunikasi (linguistic) dan model perilaku agar kita bisa menuju kinerja yang ekselen. Nah, disini NLP kemudian juga menyodorkan serangkaian metode yang bisa dilakukan agar pola belief dan pola perilaku kita menjadi lebih efektif; dan pada gilirannya mampu menjadikan diri kita lebih optimal kinerjanya.
Lalu apa saja metode yang ditawarkan oleh NLP itu? Berikut ini saya akan mencoba mengeksplorasi tiga metode yang acap digunakan dalam aplikasi NLP (jika Anda ingin mengetahui lebih banyak mengenai NLP, silakan datang ke blog rekan saya, Ronny FR, yang juga merupakan praktisi andal NLP).
Modelling Excellence
Metode ini secara sederhana adalah teknik menduplikasi dan mencangkokkan “keistimewaan” para great performers ke dalam diri kita. Bahasa awamnya adalah : meneladani kisah keberhasilan orang lain. Para pegiat NLP percaya bahwa salah satu cara yang paling powerful untuk meningkatkan kinerja seseorang adalah dengan cara modelling excellence ini. Inilah metode yang diberangkatkan dari satu keyakinan bahwa ketrampilan (skills), pengetahuan dan perilaku dari para excellent performers bisa ditransfer dan direplikasi (penjelasan rinci mengenai langkah demi langkah melakukan modelling excellence ini akan saya bahas dalam tulisan di kesempatan berikutnya. So, keep visiting this blog, bro).
Metode Anchoring
Metode ini adalah sebuah upaya agar kita selalu berada pada kondisi psikologis yang kita inginkan dalam beragam situasi yang mungkin kita hadapi. Caranya pertama-tama Anda mesti membangun situasi psikologis yang ingin Anda simpan, misalnya suasana hati yang kalem dan relax. Lalu ingat dalam situasi apa Anda pernah benar-benar bisa mengalami suasana tenang dan relax; misal ketika Anda bangun di waktu subuh yang sunyi, atau ketika Anda duduk sendirian di pinggir pantai di suatu sore yang teduh.
Rasakan dan resapkan setiap detil dari momen-momen itu, sehingga secara emosional Anda benar-benar merasa tenang dan relax setiap kali mengingat situasi ketika Anda berada di pinggir pantai yang teduh itu. Simpan memori ini kuat-kuat kedalam otak Anda, dan secara berkala “aktifkan” memori itu dengan misalnya, sebuah kode bisikan dalam hati. Sehingga, setiap kali Anda berbisik dalam hati : “relax….”, maka seketika itu pula Anda benar-benar merasa tenang dan relax persis seperti suasana psikologis ketika Anda duduk sendirian di pinggir pantai. Lakukan proses pengaktifan ini secara berulang-ulang, sehingga proses “anchoring” itu berlangsung dengan sempurna dan otomatis.
Apa gunanya proses anchoring itu? Nah, bayangkan suatu ketika Anda harus berbicara di depan publik serta para bos Anda, dan Anda benar-benar merasa nervous. Kalau proses anchoring Anda telah terlatih, maka Anda tinggal membisikkan satu kata di hati : relax……dan abrakadabra, detik itu juga Anda akan berada pada situasi psikologis yang nyaman dan relax (persis seperti saat Anda mengalaminya pada sore yang teduh di pinggir pantai itu). Selanjutnya……..Anda bisa berbicara di depan para petinggi Anda itu dengan nyaman, tenang dan relax.
Proses anchoring ini tentu juga bisa diterapkan dalam situasi lain, semisal : ketika Anda sedang stres dan panik karena deadline pekerjaan, atau juga ketika Anda sedang emosi dengan pasangan hidup Anda. Setiap kali Anda menghadapi situasi rumit seperti ini, maka Anda tinggal bisikkan kata dalam hati : relax, dan seketika itu juga suasana batin Anda bisa lebih tenang dan “nyaman”, sehingga tindakan Anda dalam merespon situasi problematis itu menjadi lebih efektif.
The Map is Not the Territory
Kalimat ini merupakan kalimat favorit para NLP-ers. Intinya : sebuah even (fakta, kejadian, peristiwa) selalu bersifat netral, yang lebih penting adalah persepsi kita terhadap even itu. Anda mungkin pernah mendengar cerita berikut ini : suatu ketika ada dua salesman sepatu dikirim ke sebuah negara seberang. Dua hari setelah melakukan observasi, salesman pertama langsung minta dikirim pulang ke negaranya. Alasannya : tidak ada satupun penduduk di negeri seberang itu yang memakai sepatu. Salesman yang kedua, setelah juga melakukan observasi, langsung mengirimkan fax ke kantor pusatnya, minta dikirimi segera sepatu sebanyak-banyaknya. Alasan dia sama : tidak ada satu pun penduduk di negeri seberang itu yang memakai sepatu. You got the point, right?
Esensinya adalah ini : persepsi kita atas sebuah peristiwa – dan bukan fakta peristiwa itu sendiri – yang akan mempengaruhi pola perilaku dan kinerja kita dalam memaknai perjalanan kehidupan ini. Dalam konteks ini, para pelaku NLP memberi saran, agar kita selalu melihat “sisi positif” dan “peluang” yang ada dibalik setiap kejadian/fakta/peristiwa. Kita mesti bisa melakukan “reframing” terhadap setiap jejak peristiwa dalam sejarah hidup kita : apa hikmah positif yang bisa kita petik dari kejadian ini; apa perspektif lain yang bisa kita kedepankan agar bisa tercapai solusi hidup yang makin optimal.
Dengan kata lain, persepsi kita akan sebuah kejadian bukanlah sebuah kebenaran tunggal – ada persepsi dan sudut pandang lain yang boleh jadi lebih mendekatkan kita pada solusi yang lebih optimal. Tugas kita adalah selalu mencoba mengeksplorasi
beragam persepsi dan sudut pandang itu, agar keputusan dan tindakan yang kita ambil benar-benar efektif dan berdaya guna tinggi. Sebab dengan itu, nasib kita mungkin akan lebih baik dibanding salesman sepatu yang pertama itu……
Sumber :
http://strategimanajemen.net/2008/04/21/merancang-kinerja-ekselen-dengan-nlp/
Demam Panggung? Sudah Lupa Tuh..! (Mengatasi Dengan NLP)
oleh: Andrie Setiawan
Teman, kata buku-buku motivasi kalau kita mau sukses harus Stand Up, Speak Up, and Be Counted. Supaya diperhitungkan kita harus ambil tindakan dan berbicara. Nah berbicara ini yang sering kali menjadi hambatan, terlebih harus berbicara di depan banyak orang.
Sebagai seorang trainer, saya memiliki banyak teman sesama trainer dan beberapa, khususnya trainer baru, menghadapi masalah demam panggung. Padahal kalau mau jadi trainer sukses, ya harus bicara. Yang saya maksud dengan bicara di sini tentu dalam konteks memberikan training dan bukan asal bicara. Kalau asal bicara mungkin mereka bisa, toh mereka kan tidak bisu...he...he.
Saat itu, seorang trainer baru datang kepada saya dan berkata,
Trainer Baru (TB): "Mas Andrie, saya takut nih!"
Andrie: "Lho kalo gitu saya pergi aja kalo kamu takut sama saya."
TB: "Bukan itu..! Saya takut karena materi yang akan saya bawakan ini lebih sulit dari yang biasanya."
Andrie: "Oh..Kirain kamu takut sama saya..he..he..Memangnya apa yang kamu takutkan?"
Setelah beberapa pertanyaan saya ajukan, ditemukan bahwa ternyata dia ingin menggunakan cara dan gaya yang saya lakukan dalam membawakan materi tersebut dan ia takut tidak bisa mendapatkan efek yang sama dibanding ketika saya sendiri yang membawakannya. Aduuh saya jadi tersanjung bin gede rasa..he..he..
Andrie: "Ok, Kamu pernah lihat saya membawakan materi ini kan?"
TB: "Pernah, Mas!"
Andrie: "Sekarang relaks...! Dan tutup mata. Ketika saya hitung 1..2..3.dan saya katakan Masuk, maka kamu kembali ke saat-saat kamu duduk di kelas saya dengan materi yang sama ya.."
TB: "Siap, Mas!"
Andrie: "1..2..3..Masuk! Di mana kamu sekarang?"
TB: "Di kelas, Mas"
Andrie: "Bagus! Sekarang lihat si "Andrie" yang sedang mengajar dan sekeliling ruangan termasuk pesertanya. Jika gambarnya masih hitam putih, kamu perkuat lagi dengan warna-warna ya..Sudah?"
(Saya menggunakan kata si "Andrie" untuk membedakan antara orang yang ada dalam pikirannya dengan diri saya sendiri)
TB: "Sudah, Mas!"
Andrie: "OK! Sekarang dengar apa yang di bicarakan si "Andrie" dan respon dari pesertanya. Sudah?"
TB: "Sudah, Mas!"
Andrie: "Nah sekarang tahapan yang terakhir nih...Rasakan apa yang peserta rasakan..jika sudah, apa perasaannya saat ini?"
TB: "Pesertanya gembira, Mas!"
Andrie: "Nah sekarang minta si "Andrie" untuk berhenti dan gantian kamu yang ngajar dengan tahapan dan cara yang sama, setelah itu rasakan perasaan para pesertanya. Jika sudah....apa rasanya sama?"
TB: "Sama, Mas! Saya Seneng!"
Andrie: "Sip! Sekarang buka mata dan siap-siap ngajar, Sukses buat kamu ya.."
Teman baru saya itu masuk kelas dan mulai melakukan tugasnya, selesai tugas ia mendatangi saya dan melaporkan apa yang dia lakukan persis yang ada dalam bayangannya dan artinya dia senang bisa membawakan materi sama seperti saya (ehmm..GR lagi deh saya..). Dia juga melaporkan beberapa teman kami yang juga duduk di kelasnya mengomentarinya, "Kamu kelihatan beda, luar biasa, beda dari sebelumnya." Tambah bangga deh dia dan tambah GR juga saya....he..he..he..
Teknik yang saya gunakan ini adalah teknik modelling NLP yang sudah saya campur dengan teknik Hipnosis supaya lebih sip dan hasilnya ya Alhamdulilah bisa membantu orang lain. Teknik ini juga saya berikan bagi para agen asuransi yang saya latih sehingga mereka tidak lagi mengalami demam panggung maka mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Akhir kata, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, dan jika ada kesalahan dalam penulisan ini, mohon koreksinya.
Sumber:
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=16107
Teman, kata buku-buku motivasi kalau kita mau sukses harus Stand Up, Speak Up, and Be Counted. Supaya diperhitungkan kita harus ambil tindakan dan berbicara. Nah berbicara ini yang sering kali menjadi hambatan, terlebih harus berbicara di depan banyak orang.
Sebagai seorang trainer, saya memiliki banyak teman sesama trainer dan beberapa, khususnya trainer baru, menghadapi masalah demam panggung. Padahal kalau mau jadi trainer sukses, ya harus bicara. Yang saya maksud dengan bicara di sini tentu dalam konteks memberikan training dan bukan asal bicara. Kalau asal bicara mungkin mereka bisa, toh mereka kan tidak bisu...he...he.
Saat itu, seorang trainer baru datang kepada saya dan berkata,
Trainer Baru (TB): "Mas Andrie, saya takut nih!"
Andrie: "Lho kalo gitu saya pergi aja kalo kamu takut sama saya."
TB: "Bukan itu..! Saya takut karena materi yang akan saya bawakan ini lebih sulit dari yang biasanya."
Andrie: "Oh..Kirain kamu takut sama saya..he..he..Memangnya apa yang kamu takutkan?"
Setelah beberapa pertanyaan saya ajukan, ditemukan bahwa ternyata dia ingin menggunakan cara dan gaya yang saya lakukan dalam membawakan materi tersebut dan ia takut tidak bisa mendapatkan efek yang sama dibanding ketika saya sendiri yang membawakannya. Aduuh saya jadi tersanjung bin gede rasa..he..he..
Andrie: "Ok, Kamu pernah lihat saya membawakan materi ini kan?"
TB: "Pernah, Mas!"
Andrie: "Sekarang relaks...! Dan tutup mata. Ketika saya hitung 1..2..3.dan saya katakan Masuk, maka kamu kembali ke saat-saat kamu duduk di kelas saya dengan materi yang sama ya.."
TB: "Siap, Mas!"
Andrie: "1..2..3..Masuk! Di mana kamu sekarang?"
TB: "Di kelas, Mas"
Andrie: "Bagus! Sekarang lihat si "Andrie" yang sedang mengajar dan sekeliling ruangan termasuk pesertanya. Jika gambarnya masih hitam putih, kamu perkuat lagi dengan warna-warna ya..Sudah?"
(Saya menggunakan kata si "Andrie" untuk membedakan antara orang yang ada dalam pikirannya dengan diri saya sendiri)
TB: "Sudah, Mas!"
Andrie: "OK! Sekarang dengar apa yang di bicarakan si "Andrie" dan respon dari pesertanya. Sudah?"
TB: "Sudah, Mas!"
Andrie: "Nah sekarang tahapan yang terakhir nih...Rasakan apa yang peserta rasakan..jika sudah, apa perasaannya saat ini?"
TB: "Pesertanya gembira, Mas!"
Andrie: "Nah sekarang minta si "Andrie" untuk berhenti dan gantian kamu yang ngajar dengan tahapan dan cara yang sama, setelah itu rasakan perasaan para pesertanya. Jika sudah....apa rasanya sama?"
TB: "Sama, Mas! Saya Seneng!"
Andrie: "Sip! Sekarang buka mata dan siap-siap ngajar, Sukses buat kamu ya.."
Teman baru saya itu masuk kelas dan mulai melakukan tugasnya, selesai tugas ia mendatangi saya dan melaporkan apa yang dia lakukan persis yang ada dalam bayangannya dan artinya dia senang bisa membawakan materi sama seperti saya (ehmm..GR lagi deh saya..). Dia juga melaporkan beberapa teman kami yang juga duduk di kelasnya mengomentarinya, "Kamu kelihatan beda, luar biasa, beda dari sebelumnya." Tambah bangga deh dia dan tambah GR juga saya....he..he..he..
Teknik yang saya gunakan ini adalah teknik modelling NLP yang sudah saya campur dengan teknik Hipnosis supaya lebih sip dan hasilnya ya Alhamdulilah bisa membantu orang lain. Teknik ini juga saya berikan bagi para agen asuransi yang saya latih sehingga mereka tidak lagi mengalami demam panggung maka mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Akhir kata, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, dan jika ada kesalahan dalam penulisan ini, mohon koreksinya.
Sumber:
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=16107
Hypno-NLP untuk Atasi Trauma
Oleh: Yus Santos
Bagi yang merasakannya, trauma memang sangat mengganggu. Seringkali karena tidak tahu cara mengatasinya sehingga hidup menjadi kurang optimal karena trauma yang mengganjal. Hypno-NLP adalah pendekatan efektif untuk trauma psikis, tidak saja penanganannya mudah, ccepat dan kadang tanpa perlu tahu apa isi traumanya.
Pengeboman yang ada baru saja terjadi tentu saja menyisakan harapan kelu. Selain korban meninggal, tak kalah ngerinya juga korban korban yang menyisakan stress dan trauma. Sindroma ini dalam istilah Ilmu jiwa (Psikiatri) disebut Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).
Manifestasi PTSD bisa bermacam macam, mulai mengalami sulit tidur atau insomnia. Ada pula yang takut melihat TV, karena melihat TV bisa memicu bangkitnya trauma yang pernah terjadi. Belum lagi munculnya gejala-gejala fisik yaitu tidak bergairah kerja karena fisik bisa melemah diiringi gejolak emosi yang berlarian ke uatara selatan, sampai abreaksi atau luapan emosi yang meluap luap. Banyak laporan orang porang yang menjadi menjadi phobia. Tragisnya adalah yang mengalami gangguan afek dan emosi, bahkan yang parah bisa menjadi Szizophreania periode singkat, yang disebabkan gunjangan jiwa yang berat.
Peran Hypno-NLP
Hypnotherapy dan NLP(Neuro Linguistic Programming) mempunyai pendekatan atas PTSD. PTSD bisa ditangani oleh hypnotherapist sekaligus praktisi NLP lewat bebrapa sesi, yang ringan bisa satu sesi yang berat secara konvensional bisa butuh 6-10 sesi.
Namun mujurlah sejak dikibarkannya NLP oleh Richard Bandler dan John Grinder di awal tahun 70-an, penanganan PTSD akan jauh lebih efektif. Kombinasi NLP dan Hypnotherapy akan menghemat banyak sesi therapy. Dari pengalaman Phobia berat akibat trauma yang dalam sekalipun bisaa disembuhkan dalam sesi singkat terapy bahkan hanya sekali sessi yang butuh 20-1 jam therapy.
Prinsip Therapy NLP adalah menginstal ulang atau membuat pola baru yang ada dalam peta pikiran subyek. Salah satu presuposisi NLP adalah Mas is not territory. Peta pikiran masing masing subyek sangat berbeda dan itu bukan realita sebenarnya, Setiap orang bereaksi terhadap realita lewat proses filter atau saringan, antara lain Belief, Vvalue,Deletion, distorsi dan generalisasi. Dengan filter ini, menghasilkan peta internal berupa gambar, persaan, taste, smells dan suara. I(nternal map ini membentuk suatu pola yang menghasilkan peta .
Peta pikiran ini lah yang menyebabkan seseorang bereaksi terhadap pencetus suatu trauma meski peristiwanya sudah berlalu. Cara kerja NLP salah satunya ibarat computer. Meski NLP sangat luas dengan banyak terminology, namun NLP bisa bergerak dalam 3 arah yaitu sikap, metodologi dan teknik.
NLP membantu menginstal ulang peta pikiran. Ada banyak teknik, namun hampir sebagian besar teknik NLP adalah memainkan submodalitas (Visual, Audio, Kinestetik, Olfactori dan Gustatori) atau gampangnya kualitas dan warna kelima indra. Disusul dengan melakukan assosiasi dan atau dissosiasi terhadap pemicu traumanya.
Sedangkan hypnotherapy menggunakan teknik, bagaimana sang hypnotherapist menghantar subyek masuk ke pikiran bawah sadarnya. Karena trauma dan segala manifestasinya memang tersimpan dalam memori pikian bawah sadar. Dengan masuk ke pikiran bawah sadar , sang hypnotherapist membantu subyek untuk mengedukasi pikiran bawah sadarnya, sehingga realita yang ada di-pikiran bawah sadar atau map dari pikiran akan diganti dengan realita baru di pikiran yang berorientasi pada masa depan yang lebih berdaya.
Dalam kasus penyembuhan masal, seringkali therapist tidak punya waktu banyak jadi dalam penyembuhan kombinasi Hypno-NLP tidak perlu mencari sebab musababnya. Ibarat satu computer otak ada virusnya, tak perlu mencari macam virusnya, tetapi langsung diinstal ulang. Sehingga therapy dengan kombinasi NLP bisa berlangsung cepat banget. Teknik NLP untuk kasus trauma sangat banyak namun di situ saya sisipkan satu teknik saja yang bisa sangat efektif dikombinasi dengan hypno0therapy.
Tekniknya
Induksi hypnosis bisa denan berbagai teknik baik direct maupun indirect diikuti oleh deepening atau menghantar masuk ke kondisi trance hypnotic yang lebih dalam. Namun hypnotherapist yang piawai bisa hanya dengan melakukan wewancara/anamnesa terhadap clien dengan menggunakan cara MILTON Model atau Hypno Ericksonian, istimewanya bisa menghantar clien masuk kondisi trance tanpa menutup mata. Terntu saja sambil melakukan convicer test untuk mengukur kedalaman trance, Hypnotherapist bisa menggunakan berbagai teknik therapeutic. Hypnotherapy pun punya banyak teknik.
Dalam tulisan ini sementara kita memilih satu teknik . Teknik ini sangat popular dan banyak digunakan. Sebutan teknik ini adalah teknik bioskop kuno atau Double Dissociated Teather Imagery. Caranya dalam keadaan trance bisa tutup atau buka mata (waking) clien diajak berimaginasi duduk di kursi suatu bioskop duduk memandang layer film. Lalu clien diminta untuk mendisosiasi dirinya diimaginasikan terbang ke belakang proyektor. Kemudian dari belakang proyektor melihat dirinya yang duduk sedang menghadap layar bioskop lalu meminta assosiasi yaitu dirinya masuk ke layar bioskop. Tujuannya untuk mengidentifikasi kapan akan terjadi peristiwa yang membuat trauma dan kapan peristiwa itu berakhir.
Langkah selanjutnya minta clien untuk memutar film peristiwa itu, diputar ke depan dengan cepat dan full color. Dengan begitu kita tahu kapan berawal dan kapan berakirnya peristiwa itu.
Bisanya untuk pengamanan, therapist memasang anchor anchor pengaman, di hypnotherapy dikenal dengan istilah savety valve. Pengamanan yang lazim adalah save word atau kata pengaman untuk melindungi dari abreaksi (luapan emosi berlebihan).
Lalu setelah kita yakin clienn akan aman dari abreaksi, kemudian clien diminta memutar film mundur dengan boleh ditambahkan musik yang lucu misalnya menyanyi bintang kecil pakai vocal O semua. Dengan teknik ini biasanya clien sembuh karena menggantikan program di pikiran yang sebelumnya mengerikan menjadi menggelikan. Lalu di tes dan dievalusasi seberapa responnya terhadap peristiwa itu, kalau baik berarti sembuh kalau belum bisa dicari cara lain.
Teknik lain dalam hypnotherapy bisa menggunakan affect bridge atau jembatan emosi. Prinsipnya clien diminta meluapkan segala emosinya dan ada jembatan emosi pada diri klien, boleh disusul dengan teknik part therapy. Dalam Part therapy Clien dibagi menjadi dua part, yaitu part yang masih merasa trauma dan part yang berdaya. Hypnotherapist mendorong kedua part itu saling mengintegrasi setelah terintegrasi bisanya part yang trauma akan hilang kalah ditimpa dengan part yang lebih berdaya.
Dan berintegrasinya masing masing part maka problem selesai karena integrasi ini sudah dalam pikiran bawah sadar. Kemudian diberikan Post Hypnotic Sugestion untuk menguatkan dan memberdayakan diri clien
Dengan dua cara ini biasanya kasus kasus PTSD akan bisaa diatasi dengan cepat.Clien yang sebelumnya datang dengan ekspresi mimic menderita banyak diantarnya pulang dengan ekspresi senyum ceria dan berjalan tegak suara lantang.
*) Yus Santos, MM CCHt; (Certified Clinical Hypnotherapy dari TICHER USA, member American Hypnosis Association, juga Certified Instructor Hypnotherapy Indonesian Board Hypnotheapis) Lisence NLP Practioner approved by Dr Richard Bandler sehari hari sebagai Direktor Alfa Omega NLP-HYPNO Center Surabaya Ruko Mangga Dua Blok A7-3 Jagir wonokromo 100 Surabaya telp 031.60379699 email yussantos@hotmail.com http://
yussantos.wordpress.com
Sumber :
http://pembelajar.com/hypno-nlp-untuk-atasi-trauma
Bagi yang merasakannya, trauma memang sangat mengganggu. Seringkali karena tidak tahu cara mengatasinya sehingga hidup menjadi kurang optimal karena trauma yang mengganjal. Hypno-NLP adalah pendekatan efektif untuk trauma psikis, tidak saja penanganannya mudah, ccepat dan kadang tanpa perlu tahu apa isi traumanya.
Pengeboman yang ada baru saja terjadi tentu saja menyisakan harapan kelu. Selain korban meninggal, tak kalah ngerinya juga korban korban yang menyisakan stress dan trauma. Sindroma ini dalam istilah Ilmu jiwa (Psikiatri) disebut Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).
Manifestasi PTSD bisa bermacam macam, mulai mengalami sulit tidur atau insomnia. Ada pula yang takut melihat TV, karena melihat TV bisa memicu bangkitnya trauma yang pernah terjadi. Belum lagi munculnya gejala-gejala fisik yaitu tidak bergairah kerja karena fisik bisa melemah diiringi gejolak emosi yang berlarian ke uatara selatan, sampai abreaksi atau luapan emosi yang meluap luap. Banyak laporan orang porang yang menjadi menjadi phobia. Tragisnya adalah yang mengalami gangguan afek dan emosi, bahkan yang parah bisa menjadi Szizophreania periode singkat, yang disebabkan gunjangan jiwa yang berat.
Peran Hypno-NLP
Hypnotherapy dan NLP(Neuro Linguistic Programming) mempunyai pendekatan atas PTSD. PTSD bisa ditangani oleh hypnotherapist sekaligus praktisi NLP lewat bebrapa sesi, yang ringan bisa satu sesi yang berat secara konvensional bisa butuh 6-10 sesi.
Namun mujurlah sejak dikibarkannya NLP oleh Richard Bandler dan John Grinder di awal tahun 70-an, penanganan PTSD akan jauh lebih efektif. Kombinasi NLP dan Hypnotherapy akan menghemat banyak sesi therapy. Dari pengalaman Phobia berat akibat trauma yang dalam sekalipun bisaa disembuhkan dalam sesi singkat terapy bahkan hanya sekali sessi yang butuh 20-1 jam therapy.
Prinsip Therapy NLP adalah menginstal ulang atau membuat pola baru yang ada dalam peta pikiran subyek. Salah satu presuposisi NLP adalah Mas is not territory. Peta pikiran masing masing subyek sangat berbeda dan itu bukan realita sebenarnya, Setiap orang bereaksi terhadap realita lewat proses filter atau saringan, antara lain Belief, Vvalue,Deletion, distorsi dan generalisasi. Dengan filter ini, menghasilkan peta internal berupa gambar, persaan, taste, smells dan suara. I(nternal map ini membentuk suatu pola yang menghasilkan peta .
Peta pikiran ini lah yang menyebabkan seseorang bereaksi terhadap pencetus suatu trauma meski peristiwanya sudah berlalu. Cara kerja NLP salah satunya ibarat computer. Meski NLP sangat luas dengan banyak terminology, namun NLP bisa bergerak dalam 3 arah yaitu sikap, metodologi dan teknik.
NLP membantu menginstal ulang peta pikiran. Ada banyak teknik, namun hampir sebagian besar teknik NLP adalah memainkan submodalitas (Visual, Audio, Kinestetik, Olfactori dan Gustatori) atau gampangnya kualitas dan warna kelima indra. Disusul dengan melakukan assosiasi dan atau dissosiasi terhadap pemicu traumanya.
Sedangkan hypnotherapy menggunakan teknik, bagaimana sang hypnotherapist menghantar subyek masuk ke pikiran bawah sadarnya. Karena trauma dan segala manifestasinya memang tersimpan dalam memori pikian bawah sadar. Dengan masuk ke pikiran bawah sadar , sang hypnotherapist membantu subyek untuk mengedukasi pikiran bawah sadarnya, sehingga realita yang ada di-pikiran bawah sadar atau map dari pikiran akan diganti dengan realita baru di pikiran yang berorientasi pada masa depan yang lebih berdaya.
Dalam kasus penyembuhan masal, seringkali therapist tidak punya waktu banyak jadi dalam penyembuhan kombinasi Hypno-NLP tidak perlu mencari sebab musababnya. Ibarat satu computer otak ada virusnya, tak perlu mencari macam virusnya, tetapi langsung diinstal ulang. Sehingga therapy dengan kombinasi NLP bisa berlangsung cepat banget. Teknik NLP untuk kasus trauma sangat banyak namun di situ saya sisipkan satu teknik saja yang bisa sangat efektif dikombinasi dengan hypno0therapy.
Tekniknya
Induksi hypnosis bisa denan berbagai teknik baik direct maupun indirect diikuti oleh deepening atau menghantar masuk ke kondisi trance hypnotic yang lebih dalam. Namun hypnotherapist yang piawai bisa hanya dengan melakukan wewancara/anamnesa terhadap clien dengan menggunakan cara MILTON Model atau Hypno Ericksonian, istimewanya bisa menghantar clien masuk kondisi trance tanpa menutup mata. Terntu saja sambil melakukan convicer test untuk mengukur kedalaman trance, Hypnotherapist bisa menggunakan berbagai teknik therapeutic. Hypnotherapy pun punya banyak teknik.
Dalam tulisan ini sementara kita memilih satu teknik . Teknik ini sangat popular dan banyak digunakan. Sebutan teknik ini adalah teknik bioskop kuno atau Double Dissociated Teather Imagery. Caranya dalam keadaan trance bisa tutup atau buka mata (waking) clien diajak berimaginasi duduk di kursi suatu bioskop duduk memandang layer film. Lalu clien diminta untuk mendisosiasi dirinya diimaginasikan terbang ke belakang proyektor. Kemudian dari belakang proyektor melihat dirinya yang duduk sedang menghadap layar bioskop lalu meminta assosiasi yaitu dirinya masuk ke layar bioskop. Tujuannya untuk mengidentifikasi kapan akan terjadi peristiwa yang membuat trauma dan kapan peristiwa itu berakhir.
Langkah selanjutnya minta clien untuk memutar film peristiwa itu, diputar ke depan dengan cepat dan full color. Dengan begitu kita tahu kapan berawal dan kapan berakirnya peristiwa itu.
Bisanya untuk pengamanan, therapist memasang anchor anchor pengaman, di hypnotherapy dikenal dengan istilah savety valve. Pengamanan yang lazim adalah save word atau kata pengaman untuk melindungi dari abreaksi (luapan emosi berlebihan).
Lalu setelah kita yakin clienn akan aman dari abreaksi, kemudian clien diminta memutar film mundur dengan boleh ditambahkan musik yang lucu misalnya menyanyi bintang kecil pakai vocal O semua. Dengan teknik ini biasanya clien sembuh karena menggantikan program di pikiran yang sebelumnya mengerikan menjadi menggelikan. Lalu di tes dan dievalusasi seberapa responnya terhadap peristiwa itu, kalau baik berarti sembuh kalau belum bisa dicari cara lain.
Teknik lain dalam hypnotherapy bisa menggunakan affect bridge atau jembatan emosi. Prinsipnya clien diminta meluapkan segala emosinya dan ada jembatan emosi pada diri klien, boleh disusul dengan teknik part therapy. Dalam Part therapy Clien dibagi menjadi dua part, yaitu part yang masih merasa trauma dan part yang berdaya. Hypnotherapist mendorong kedua part itu saling mengintegrasi setelah terintegrasi bisanya part yang trauma akan hilang kalah ditimpa dengan part yang lebih berdaya.
Dan berintegrasinya masing masing part maka problem selesai karena integrasi ini sudah dalam pikiran bawah sadar. Kemudian diberikan Post Hypnotic Sugestion untuk menguatkan dan memberdayakan diri clien
Dengan dua cara ini biasanya kasus kasus PTSD akan bisaa diatasi dengan cepat.Clien yang sebelumnya datang dengan ekspresi mimic menderita banyak diantarnya pulang dengan ekspresi senyum ceria dan berjalan tegak suara lantang.
*) Yus Santos, MM CCHt; (Certified Clinical Hypnotherapy dari TICHER USA, member American Hypnosis Association, juga Certified Instructor Hypnotherapy Indonesian Board Hypnotheapis) Lisence NLP Practioner approved by Dr Richard Bandler sehari hari sebagai Direktor Alfa Omega NLP-HYPNO Center Surabaya Ruko Mangga Dua Blok A7-3 Jagir wonokromo 100 Surabaya telp 031.60379699 email yussantos@hotmail.com http://
yussantos.wordpress.com
Sumber :
http://pembelajar.com/hypno-nlp-untuk-atasi-trauma
Langganan:
Postingan (Atom)